![]() |
| Bus Eka Jaya Angkutan Bungbulang - Garut Era Th 90 an |
Di era 90-an, sebelum ponsel pintar dan ojek online merajai jalanan, ada satu pemandangan yang selalu dinanti oleh warga Bungbulang: bis EKA JAYA yang perlahan masuk terminal dengan suara mesin khasnya. Warnanya yang biru-putih-oranye seakan menjadi ikon perjalanan anak sekolah, pedagang pasar, hingga para perantau yang pulang kampung.
Dulu, setiap pagi suara klaksonnya sudah terdengar dari kejauhan, tanda bahwa perjalanan segera dimulai. Sopir dan keneknya sudah seperti artis lokal—semua orang mengenal mereka. Anak-anak kecil sering berdiri di pinggir jalan hanya untuk melambai ketika bis itu lewat. Angin masuk dari jendela besar tanpa AC, membawa aroma khas jalanan yang entah bagaimana justru terasa menenangkan.
Di dalamnya, kursi kulit imitasi yang mulai menipis menjadi saksi bisu berbagai cerita: tawa para pelajar, obrolan ibu-ibu yang pulang dari pasar, hingga para pegawai yang setia menumpang setiap hari. Setiap perjalanan selalu punya cerita, mulai dari bis penuh sesak hingga suara radio dangdut yang setia menemani.
Namun waktu terus berjalan. Jalan raya semakin padat, teknologi berubah, dan perusahaan transportasi modern mulai bermunculan. Satu per satu bis EKA JAYA berhenti beroperasi. Bengkel yang dulu ramai kini sepi. Terminal yang dulu penuh warna kini hanya meninggalkan bekas ban di lantai.
Kini, bis-bis kecil itu tinggal menjadi kenangan. Foto-fotonya masih beredar di media sosial, memicu nostalgia bagi mereka yang pernah merasakannya. Banyak yang berkata:
“Dulu naik bis ini pulang sekolah…” “Ini kendaraan masa kecil saya…” “Naik EKA JAYA itu rasanya pulang…”
Walau sudah tak lagi melaju di jalanan, EKA JAYA tetap hidup dalam ingatan—sebuah legenda transportasi yang pernah mengantarkan banyak cerita hidup di era 90-an.
(*Dn)

0 Comments
Tinggalkan Komentar Di Sini