Bikin Gila Emak Emak Harga Minyak Goreng Di Pasar Tradisional Kendari Tembus 70 Ribu Per Liter

  Liputan Khusus Redaksi






Erqita News: JAKARTA 

Minyak goreng murah masih langka di pasaran. Hal ini diduga karena distribusi ke lapangan macet.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan membeberkan tidak lancarnya distribusi hingga ke pasar-pasar tradisional menjadi biang kerok utama kelangkaan minyak goreng.

Berikut fakta harga minyak goreng yang bikin gila yang dirangkum di Jakarta, Minggu (13/3/2022).


1. Tembus Rp70 Ribu per Liter

Harga minyak goreng di pasar tradisional di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) tembus Rp70.000 per liter. Ini menjadi kenaikan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

"Ini sudah harga gila-gilaan, dan sangat aneh sekali karena daerah kita selain penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, juga produk kelapa ditemukan dimana-mana, tapi anehnya kok minyak goreng langka," kata Kiki (34), salah seorang ibu rumah tangga di Kendari, Kamis, dikutip dari Antara.


2. Sulit Ditemukan

Menurut salah seorang ibu rumah tangga di Kendari, Kiki, selama sepekan terakhir ini ibu-ibu kesulitan mencari minyak goreng dan kalaupun ada pihak distributor yang menjual sangat terbatas serta harus antre berjam-jam baru bisa mendapatkan 1-2 liter.

Iya mencontohkan warga di Kelurahan Wundudopi, Kecamatan Baruga, Kendari, misalnya, pada hari Selasa (8/3) dan Rabu (9/3) antre di sebuah gudang milik distributor minyak goreng untuk mendapatkan dua liter minyak goreng dalam kemasan merek tertentu, dengan syarat harus menyetor kartu identitas diri (KTP) sehari sebelum mendapatkan minyak goreng



Akulaku
3.  Pabrik Tutup akibat Tak Dapat Pasokan CPO

Ada 6 produsen minyak goreng (migor) putuskan berhenti produksi karena tidak mendapat pasokan CPO.

Melansir berbagai sumber, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga melenjaskan kabar tersebut.

"Kebijakan pemenuhan kebutuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) hanya bisa dilaksanakan perusahaan terintegrasi. Yakni, produsen eksportir dan memasok ke pasar domestik, alias perusahaan terintegrasi. Anggota GIMNI ada 34 produsen minyak goreng, hanya 16 yang terintegrasi. Sisanya, produsen yang pasarnya memang hanya di dalam negeri. Lalu, ada perusahaan di luar GIMNI, yang hanya eksportir minyak goreng,” jelasnya.


4. Pedagang Heran

Pedagang pasar kecewa minyak goreng menjadi susah didapat saat pemerintah menetapkan harga murah. Padahal sebelumnya saat harga masih Rp17.000-19.000 per liter, stok minyak masih banyak di pasar.


"Ketika harga minyak goreng itu Rp17.000-19.000 per liter di pasar tradisional, tidak ada masalah terhadap pasokan minyak goreng. Di pasar tuh aman-aman aja. Tapi begitu ada intervensi pemerintah, minyak goreng tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi," ungkap Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman saat konferensi pers, Kamis (10/3/2022).

"Nah ini masalahnya ada di mana? Jangan-jangan ini pembangkangan perusahaan-perusahaan besar terhadap kebijakan pemerintah. Nggak tau nih kenapa pemerintah tidak mempublish," sambungnya.


5. Biang Kerok Minyak Goreng Murah Susah Didapat

Banyak pedagang mengeluhkan minyak goreng sesuai HET yang ditetapkan pemerintah sulit didapati terutama lewat sales distributor.

Padahal sebelum ada ketetapan HET, sales distributor rutin mengirimkan barang kepada pedagang pasar tradisional.

Menaggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman mengatakan, bahwa ada masalah dalam pendistribusiannya.

Pasalnya, selama ini pedagang pasar mendapatkan minyak goreng dari supplier dan distributor dengan mudah.

“Saat ini, kita agak sulit mendapatkan dari supplier atau distributor yang biasanya memberikan dan atau mengirim ke pasar-pasar,” terang Mujiburrohman dalam konferensi pers virtual, Kamis.

(Red*)




0 Comments

Tinggalkan Komentar Di Sini